Senin, 26 November 2012

Sejarah Pbb

sejarah singkat PBB Pada tanggal 24 Oktober 1945, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi didirikan untuk menggantikan Liga Bangsa-Bangsa. Para wakil dari negara-negara Sekutu pada Perang Dunia Kedua, yaitu AS, Soviet, Inggris, dan Perancis, dalam perundingan-perundingan selama perang tersebut telah memulai persiapan pendirian PBB ini. Akhirnya, dalam konfrensi di San Fransisko, Amerika, para wakil dari 50 negara-negara dunia menandatangani piagam pembentukan PBB. PBB bermarkas tetap di New York. Tujuan utama didirikannya PBB, seperti yang disinggung dalam piagam PBB, adalah untuk menjaga perdamaian di dunia, mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa, memupuk kerjasama internasional untuk menyelesaikan berbagai masalah ekonomi, sosial, dan budaya, serta mengembangkan penghormatan atas Hak Asasi Manusia dan kebebasan. Tak dapat disangkal bahwa PBB telah melakukan banyak hal yang patut dipuji. Namun, adanya hak veto untuk lima negara anggota tetap Dewan Keamanan, yaitu AS, Rusia, Inggris, Prancis dan China, telah membuat kebijakan Dewan Keamanan sebagai salah satu badan utama PBB, selalu mengikuti langkah kelima negara tersebut, khususnya AS. Sebaliknya, Majlis Umum yang menjadi forum seluruh anggota PBB justeru tidak memiliki kekuatan yang berarti dibanding dengan Dewan Keamanan. Ketidakadilan inilah yang telah menghambat keberhasilan PBB dalam mengemban misinya, dan bahkan telah melahirkan protes dari banyak negara anggotanya. Piagam PBB adalah konstitusi PBB. Ia ditanda tangani di San Francisco pada tanggal 26 Juni 1945 oleh kelima puluh anggota asli PBB. Piagam ini mulai berlaku pada 24 Oktober 1945 setelah ditandatangani oleh lima anggota pendirinya-Republik China (Taiwan), Perancis, Uni Soviet, Britania Raya, Amerika Serikat -dan mayoritas penanda tangan lainnya. Sebagai sebuah Piagam ia adalah sebuah perjanjian konstituen, dan seluruh penanda tangan terikat dengan isinya. Selain itu, Piagam tersebut juga secara eksplisit menyatakan bahwa Piagam PBB mempunyai kuasa melebihi seluruh perjanjian lainnya. Ia diratifikasi oleh AS pada 8 Agustus 1945, yang membuatnya menjadi negara pertama yang bergabung dengan PBB.

Kentrung

Sekilas Sejarah Seni Kentrung (Pakem) Kentrung merupakan tradisi yang bersal dari arab. Masuknya kentrung berasal dari wali songo yang menyebarkan agama islam. Yang salah satu diantara wali songo, yakni sunan Kalijogo yang masuk pada tahun 1974. Beliau yang membawa kesenian kentrung di Jawa, hingga akhirnya menyebar sampai di daerah Tulungagung. Awalnya kentrung hanya dimainkan di kerajaan-kerajaan yang dipimpin seorang raja. Kentrung adalah suatu pertunjukan yang di dalamnya menceritakan cerita berdasarkan realita. Kentrung dimainkan oleh dua orang yang dipadukan dengan iringan alat musik yaitu gendang, templeng, terbang dan tipung. Awal pemberian nama kentrung “Kluntrang-Kluntrung” berasal dari seseorang yang kebingungan dalam memikirkan masalah hidup. Akhirnya mengamen dan menceritakan masalah yang dihadapi. Prof Dr Suripan Sudi Hutomo dalam bukunya Kentrung mengatakan kesenian ini berkembang pada abad XVI di Kediri, Blitar, Tulungagung, Tuban dan Ponorogo. Versi awal kesenian ini cukup beragam. Ada yang menyebut Kentrung sebagai kesenian asli bangsa Indonesia, namun versi lain mengatakan Kentrung berasal dari jazirah Arab, Persia, dan India. Yang pasti, sebagai sarana dakwah. Pada masa kejayaan, kentrung diminati masyarakat. Kentrung mencapai jaman keemasan pada tahun 1970-an hingga 1980-an. Selama dua dasawarsa itu hampir seluruh masyarakat yang berpesta mengundang Kentrung. Di awal 90-an, ketika televisi makin murah dan layar tancap menawarkan altenatif hiburan yang praktis, Kentrung mulai terseok, hidup enggan matipun tak mau. Jika dimensi kesenian hanya dibatasi pada kategori estetis seperti keindahan, kemerduan, keserasian, harmoni maupun ketrampilan, Kentrung telah memenuhi kriteria tersebut, bukan unsur tontonan saja yang ditonjolkan, tetapi juga tuntunan, ajaran dan himbauan tentang makna hidup itu sendiri. Ditengah krisis moral, krisis keteladanan, krisis kepemimpinan dan krisis kepercayaan seperti sekarang ini, maka kentrung mulai terancam kehilangan pewarisnya dan tergerus oleh bentuk kesenian modern yang setiap kali hanya mengelaborasi aspek tontonan, tetapi miskin atau bahkan minus tuntunan moral.

Kentrung

Sekilas Sejarah Seni Kentrung (Pakem) Kentrung merupakan tradisi yang bersal dari arab. Masuknya kentrung berasal dari wali songo yang menyebarkan agama islam. Yang salah satu diantara wali songo, yakni sunan Kalijogo yang masuk pada tahun 1974. Beliau yang membawa kesenian kentrung di Jawa, hingga akhirnya menyebar sampai di daerah Tulungagung. Awalnya kentrung hanya dimainkan di kerajaan-kerajaan yang dipimpin seorang raja. Kentrung adalah suatu pertunjukan yang di dalamnya menceritakan cerita berdasarkan realita. Kentrung dimainkan oleh dua orang yang dipadukan dengan iringan alat musik yaitu gendang, templeng, terbang dan tipung. Awal pemberian nama kentrung “Kluntrang-Kluntrung” berasal dari seseorang yang kebingungan dalam memikirkan masalah hidup. Akhirnya mengamen dan menceritakan masalah yang dihadapi. Prof Dr Suripan Sudi Hutomo dalam bukunya Kentrung mengatakan kesenian ini berkembang pada abad XVI di Kediri, Blitar, Tulungagung, Tuban dan Ponorogo. Versi awal kesenian ini cukup beragam. Ada yang menyebut Kentrung sebagai kesenian asli bangsa Indonesia, namun versi lain mengatakan Kentrung berasal dari jazirah Arab, Persia, dan India. Yang pasti, sebagai sarana dakwah. Pada masa kejayaan, kentrung diminati masyarakat. Kentrung mencapai jaman keemasan pada tahun 1970-an hingga 1980-an. Selama dua dasawarsa itu hampir seluruh masyarakat yang berpesta mengundang Kentrung. Di awal 90-an, ketika televisi makin murah dan layar tancap menawarkan altenatif hiburan yang praktis, Kentrung mulai terseok, hidup enggan matipun tak mau. Jika dimensi kesenian hanya dibatasi pada kategori estetis seperti keindahan, kemerduan, keserasian, harmoni maupun ketrampilan, Kentrung telah memenuhi kriteria tersebut, bukan unsur tontonan saja yang ditonjolkan, tetapi juga tuntunan, ajaran dan himbauan tentang makna hidup itu sendiri. Ditengah krisis moral, krisis keteladanan, krisis kepemimpinan dan krisis kepercayaan seperti sekarang ini, maka kentrung mulai terancam kehilangan pewarisnya dan tergerus oleh bentuk kesenian modern yang setiap kali hanya mengelaborasi aspek tontonan, tetapi miskin atau bahkan minus tuntunan moral.

Kentrung

Sekilas Sejarah Seni Kentrung (Pakem) Kentrung merupakan tradisi yang bersal dari arab. Masuknya kentrung berasal dari wali songo yang menyebarkan agama islam. Yang salah satu diantara wali songo, yakni sunan Kalijogo yang masuk pada tahun 1974. Beliau yang membawa kesenian kentrung di Jawa, hingga akhirnya menyebar sampai di daerah Tulungagung. Awalnya kentrung hanya dimainkan di kerajaan-kerajaan yang dipimpin seorang raja. Kentrung adalah suatu pertunjukan yang di dalamnya menceritakan cerita berdasarkan realita. Kentrung dimainkan oleh dua orang yang dipadukan dengan iringan alat musik yaitu gendang, templeng, terbang dan tipung. Awal pemberian nama kentrung “Kluntrang-Kluntrung” berasal dari seseorang yang kebingungan dalam memikirkan masalah hidup. Akhirnya mengamen dan menceritakan masalah yang dihadapi. Prof Dr Suripan Sudi Hutomo dalam bukunya Kentrung mengatakan kesenian ini berkembang pada abad XVI di Kediri, Blitar, Tulungagung, Tuban dan Ponorogo. Versi awal kesenian ini cukup beragam. Ada yang menyebut Kentrung sebagai kesenian asli bangsa Indonesia, namun versi lain mengatakan Kentrung berasal dari jazirah Arab, Persia, dan India. Yang pasti, sebagai sarana dakwah. Pada masa kejayaan, kentrung diminati masyarakat. Kentrung mencapai jaman keemasan pada tahun 1970-an hingga 1980-an. Selama dua dasawarsa itu hampir seluruh masyarakat yang berpesta mengundang Kentrung. Di awal 90-an, ketika televisi makin murah dan layar tancap menawarkan altenatif hiburan yang praktis, Kentrung mulai terseok, hidup enggan matipun tak mau. Jika dimensi kesenian hanya dibatasi pada kategori estetis seperti keindahan, kemerduan, keserasian, harmoni maupun ketrampilan, Kentrung telah memenuhi kriteria tersebut, bukan unsur tontonan saja yang ditonjolkan, tetapi juga tuntunan, ajaran dan himbauan tentang makna hidup itu sendiri. Ditengah krisis moral, krisis keteladanan, krisis kepemimpinan dan krisis kepercayaan seperti sekarang ini, maka kentrung mulai terancam kehilangan pewarisnya dan tergerus oleh bentuk kesenian modern yang setiap kali hanya mengelaborasi aspek tontonan, tetapi miskin atau bahkan minus tuntunan moral.

Sumber Daya Alam

Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang muncul secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia pada umumnya.[1] Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah.[1][2] Inovasi teknologi, kemajuan peradaban dan populasi manusia, serta revolusi industri telah membawa manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama pada satu abad belakangan ini.[2] Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan manusia, tetapi sayangnya keberadaannya tidak tersebar merata dan beberapa negara seperti Indonesia, Brazil, Kongo, Sierra Leone, Maroko, dan berbagai negara di Timur Tengah memiliki kekayaan alam hayati atau nonhayati yang sangat berlimpah.[3][4][5][6] Sebagai contoh, negara di kawasan Timur Tengah memiliki persediaan gas alam sebesar sepertiga dari yang ada di dunia dan Maroko sendiri memiliki persediaan senyawa fosfat sebesar setengah dari yang ada di bumi[5]. Akan tetapi, kekayaan sumber daya alam ini seringkali tidak sejalan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara tersebut.[7] Indonesia, salah satu negara dengan kekayaan sumber daya alam hayati dan nonhayati terbesar di dunia. Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan. Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. SDA tak dapat diperbaharui adalah SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. Minyak bumi, emas, besi, dan berbagai bahan tambang lainnya pada umumnya memerlukan waktu dan proses yang sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya sangat terbatas., minyak bumi dan gas alam pada umumnya berasal dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang hidup jutaan tahun lalu, terutama dibentuk dan berasal dari lingkungan perairan.Perubahan tekanan dan suhu panas selama jutaaan tahun ini kemudian mengubah materi dan senyawa organik tersebut menjadi berbagai jenis bahan tambang tersebut.

Fauna Indonesia

Harimau Sumatra, subspesies harimau terkecil yang hanya ada di Indonesia Fauna Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi karena wilayahnya yang luas dan berbentuk kepulauan tropis[1]. Keanekaragaman yang tinggi ini disebabkan oleh Garis Wallace, membagi Indonesia menjadi dua area; zona zoogeografi Asia, yang dipengaruhi oleh fauna Asia, dan zona zoogeografi Australasia, dipengaruhi oleh fauna Australia[2]. Pencampuran fauna di Indonesia juga dipengaruhi oleh ekosistem yang beragam di antaranya: pantai, bukit pasir, muara, hutan bakau, dan terumbu karang. Masalah ekologi yang muncul di Indonesia adalah proses industrialisasi dan pertumbuhan populasi yang tinggi, yang menyebabkan prioritas pemeliharaan lingkungan menjadi terpinggirkan[3]. Keadaan ini menjadi semakin buruk akibat aktivitas pembalakan liar, yang menyebabkan berkurangnya area hutan; sedangkan masalah lain, termasuk tingginya urbanisasi, polusi udara, manajemen.